Simulakrum dalam Blockchain dan Crypto

Simulakrum dalam Blockchain dan Crypto

Konsep simulakrum dari Jean Baudrillard dapat membantu kita memahami bagaimana blockchain dan crypto sering kali berubah dari realitas awalnya menjadi representasi yang terdistorsi, bahkan menjadi hiperrealitas yang sepenuhnya menggantikan pemahaman aslinya.


1. Tahapan Simulakrum dalam Blockchain & Crypto

🔹 Tahap 1: Refleksi Realitas (Blockchain sebagai Teknologi Inovatif)

Blockchain awalnya diciptakan sebagai teknologi terdesentralisasi untuk transaksi yang transparan, aman, dan tanpa perantara (trustless). Bitcoin, sebagai contoh pertama, diciptakan oleh Satoshi Nakamoto sebagai solusi terhadap kontrol keuangan terpusat.

Realitas saat ini:

  • Blockchain tetap menjadi alat transparansi dan desentralisasi dalam berbagai industri.
  • Crypto dianggap sebagai alternatif sistem keuangan konvensional.

🔹 Tahap 2: Distorsi (Spekulasi dan Narasi Berlebihan)

Seiring waktu, blockchain dan crypto mulai kehilangan makna awalnya dan lebih banyak dipahami sebagai instrumen investasi daripada solusi teknologi.

Contoh:

  • Banyak orang membeli Bitcoin bukan karena percaya pada desentralisasi, tetapi karena berharap harganya naik.
  • Proyek blockchain mulai menjanjikan lebih banyak dari yang bisa mereka realisasikan (whitepaper bombastis, tapi minim implementasi).

🔹 Tahap 3: Penipuan Realitas (Crypto sebagai Ilusi Kekayaan Cepat)

Crypto berubah dari inovasi teknologi menjadi alat spekulasi yang dikendalikan oleh narasi pasar dan influencer. Banyak proyek yang hanya menjual hype tanpa nilai teknis yang jelas.

Contoh:

  • NFT sebagai “aset bernilai” → Awalnya tentang kepemilikan digital, tetapi banyak proyek NFT hanya bergantung pada tren dan spekulasi.
  • Shitcoins & Meme Coins → Proyek tanpa fundamental seperti Dogecoin atau Shiba Inu mulai lebih dikenal dibanding proyek dengan visi teknologi yang jelas.
  • Ponzi & Rug Pulls → Banyak proyek crypto menjanjikan keuntungan besar tetapi hanya mengeksploitasi FOMO (fear of missing out).

🔹 Tahap 4: Hiperrealitas (Crypto Sebagai “Mitos Baru” Tanpa Keterkaitan dengan Realitas Awalnya)

Crypto dan blockchain dalam tahap ini bukan lagi tentang teknologi atau desentralisasi, tetapi lebih menjadi narasi hiperrealitas yang dikendalikan oleh media, influencer, dan psikologi pasar.

Contoh:

  • Orang lebih percaya harga Bitcoin dipengaruhi oleh tweet Elon Musk dibandingkan dengan mekanisme fundamental seperti halving atau tingkat adopsi.
  • Crypto seolah menjadi “solusi untuk semua masalah,” meskipun dalam praktiknya, banyak proyek gagal atau hanya menjual mimpi kosong.
  • Konsep “decentralization” sering digunakan sebagai buzzword tanpa implementasi nyata (misalnya, banyak protokol DeFi yang tetap dikendalikan oleh tim inti).

2. Konsekuensi Simulakrum dalam Blockchain & Crypto

Positif:

  • Menarik perhatian besar terhadap teknologi blockchain.
  • Mendorong inovasi di bidang keuangan dan Web3.
  • Memicu revolusi digital dalam kepemilikan aset dan transparansi data.

Negatif:

  • Sulit membedakan proyek yang benar-benar inovatif dengan proyek yang hanya menjual hype.
  • Manipulasi pasar oleh whale, influencer, dan media.
  • Banyaknya penipuan (rug pull, Ponzi, pump & dump).

3. Kesimpulan: Apakah Crypto Akan Kembali ke Realitas?

Blockchain dan crypto saat ini berada dalam kondisi simulakrum tingkat tinggi, di mana makna awalnya telah berubah drastis. Namun, jika teknologi ini mulai lebih fokus pada penggunaan nyata (real-world utility) daripada sekadar spekulasi dan tren, mungkin kita bisa membawa crypto kembali ke realitas awalnya sebagai inovasi desentralisasi yang sebenarnya.

Apakah menurutmu crypto masih bisa kembali ke esensinya, atau justru akan terus berkembang sebagai hiperrealitas?

Share:

Altcoin
admin

Sistem Keuangan Alternatif dalam Sastra

Sistem Keuangan Alternatif dalam Sastra Dalam sastra, sistem keuangan alternatif sering muncul sebagai refleksi sosial, kritik terhadap kapitalisme, atau eksplorasi dunia futuristik.

Read More »

©2025. web3geeks. All Rights Reserved.